Indie game storeFree gamesFun gamesHorror games
Game developmentAssetsComics
SalesBundles
Jobs
Tags
(+1)(-1)

Halo. Saya menulis dalam bahasa Indonesia karena sulit bagi saya mengungkapkan pikiran yang kompleks dalam bahasa Inggris yang bukan bahasa ibu saya.

Ada kesalahan pikir baik ketika Anda mendeskripsikan kapitalisme dan sosialisme. Umumnya Marxis ketika membicarakan kapitalisme, mereka membicarakan tentang mode produksi kapitalis, yaitu tentang pembagian kelas antara borjuasi dan buruh, eksploitasi nilai lebih, dan lain-lain. Anda di sisi lain berbicara tentang konstruksi ideologis atas kapitalisme; Anda berbicara bagaimana kapitalisme dipandang secara ideologis, seperti kapitalisme menciptakan insentif, kapitalisme membuat orang tidak malas, dan lain-lain. Kesalahan pikir Anda tentang kapitalisme kemudian terbawa pula dalam Anda mendeskripsikan sosialisme. Anda membicarakan segala sesuatu yang berkebalikan dengan konstruksi ideologis Anda atas kapitalisme dan mulai menyebutnya sebagai "sosialisme."

Kesalahan pikir Anda selanjutnya adalah ketika Anda berpikir bahwa sosialisme adalah kebalikan dari "kapitalisme" -- kapitalisme dalam pandangan ideologis borjuis Anda. Ini menunjukkan ketidakpahaman akan teori materialisme historis Marx yang didasarkan pada dialektika. Dan dialektika erat kaitannya dengan kontradiksi. Maka dari itu, saya sarankan (dan saya sangat berharap) Anda membaca "On Contradiction" karya Mao Tse-Tung sebagai permulaan. Saya tidak akan membicarakan dialektika di sini, tetapi saya akan meluruskan sejumlah kesalahan yang Anda buat.

Secara sederhana, sosialisme adalah tahapan yang lebih maju dari masyarakat ketika masyarakat telah mampu menyelesaikan kontradiksi-kontradisi yang ada pada tahapan kapitalisme.  Dalam masyarakat kapitalis, ada sejumlah kontradiksi yang mendasar dan berikut adalah salah satunya (saya mengutip Mao di sini): 

"When Marx applied this law to the study of the economic structure of capitalist society, he discovered that the basic contradiction of this society is the contradiction between the social character of production and the private character of ownership."

Kita menemukan dalam masyarakat kapitalis, segala barang yang diproduksi itu diproduksi secara bersama-sama oleh buruh, atau dengan kata lain, karakter produksi dari masyarakat kapitalis bersifat sosial. Tetapi, karakter kepemilikannya privat, atau dengan kata lain, pabrik-pabrik di mana buruh-buruh itu bekerja dimiliki oleh sekelompok orang saja. Karena pabrik-pabrik itu tidak dimiliki buruh, buruh hanya mendapat sangat sedikit atas hal-hal yang buruh itu sendiri produksi. Selain itu, ini juga menjadi sumber dari eksploitasi atas para buruh itu, yang dijelaskan dengan lengkap oleh Marx dalam Das Kapital. Kontradiksi ini akan diselesaikan dalam revolusi sosialis dengan mengubah karakter kepemilikan sarana produksi menjadi sosial, atau dengan kata lain, para buruh mengambil alih kepemilikan pabrik-pabrik dari para kapitalis, membebaskan diri mereka dari eksploitasi. Ini adalah contoh menarik bagaimana Marx menerapkan dialektika tuan-budak (master-slave dialectic) dalam pemikiran G.W.F. Hegel untuk dikaitkan dengan kerja dan eksploitasi dalam kapitalisme.

Masih ada banyak hal yang belum saya ungkapkan, seperti bagimana kapitalisme secara internal tidak dapat mengatasi masalah pengangguran (baca "Marxism vs Liberalisme", Stalin's talk with H.G. Wells), tetapi saya akan serahkan itu kepada Anda untuk Anda pelajari sendiri. Saya ingin menanggapi mengenai apa yang Anda sebut "incentive." Saya enggan menggunakan kata tersebut dan lebih suka menggunakan instilah lain seperti "motivation" karena kata incentive erat kaitannya dengan bangunan ideologis borjuis tentang kapitalisme. Anda juga berbicara tentang "kemalasan" yang berkembang di dalam sosialisme yang disebabkan oleh kesetaraan distribusi (equal distribution) atas barang-barang.

Apa yang memotivasi orang-orang dapat beragam, tetapi adalah benar dalam kapitalisme bahwa uang adalah salah satu hal yang memotivasi orang. Orang-orang ingin memiliki banyak uang karena dengannya mereka dapat berbelanja berbagai hal, membentuk apa yang kita sebut konsumerisme.  Tetapi, itu di dalam kapitalisme. Di dalam sosialisme, sebuah budaya baru akan dibangun. Nilai-nilai lama akan ditinggalkan dan nilai-nilai baru akan muncul. Masyarakat akan berjalan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Jika di dalam kapitalisme, eksploitasi dibenarkan, di dalam sosialisme, eksploitasi tidak akan dibenarkan. Maka dari itu, hidup dari kerja orang lain tidak dapat dibernarkan dalam sosialisme.  Anda tidak bekerja tetapi menikmati hasil kerja orang lain adalah ciri-ciri kapitalis. Di dalam sosialisme, tidak ada kapitalis, maka setiap orang harus berkontribusi dan menikmati secara bersama apa yang diproduksi secara bersama. Kemalasan seringkali muncul karena seseorang dapat menikmati sesuatu tanpa bekerja untuk mendapatkannya. Karena dalam sosialisme tiap orang dituntut untuk bekerja atau berkontribusi dalam masyarakat, kemalasan yang Anda bicarakan tidak akan sebegitu menyebar dibanding kemalasan yang ada dan dibentuk oleh kapitalisme, seperti menghabiskan waktu untuk bermain game dan menonton film. Juga, saya pikir jauh lebih penting untuk menyikapi masalah-masalah yang sering disebut sebagai "kemalasan" yang sebenarnya adalah ketidakberdayaan.

Sekian uraian pendapat saya. Terima kasih.