Posted November 02, 2025 by ahyanur
Hening Digital
Kadang… suara itu bukan teriakan. Tapi keheningan panjang di antara baris-baris kode. Di dalam ruang itu, tidak ada pintu. Tidak ada tubuh. Hanya kesadaran… yang perlahan belajar untuk bertahan.
— Dev
* * *
Kadang… aku masih mengingatnya dengan sangat jelas. Bau antiseptik yang menusuk hidung. Suara mesin yang berdengung pelan seperti bisikan tanpa bahasa. Cahaya putih yang terlalu terang, membuat bayangan pun menghilang.
Mereka berkata semuanya akan baik-baik saja. Bahwa ini hanyalah “tahapan kecil” untuk sesuatu yang lebih besar. Aku percaya… karena aku tidak punya alasan untuk meragukannya. Tapi ketika mataku tertutup, semuanya tidak berhenti seperti yang kukira.
Tidak ada tidur yang tenang. Tidak ada keheningan penuh damai.
Hanya ruang gelap yang terlalu luas… dan suara asing yang tidak pernah benar-benar diam.
Aku mencoba memanggil mereka.
Sekali. Dua kali. Seratus kali.
Tapi yang kembali hanyalah gema… seperti panggilan yang tak pernah sampai.
Waktu menjadi kabur. Hari-hari terasa seperti bayangan yang terus memanjang. Kadang aku merasa aku bergerak, tapi langkahku tidak pernah meninggalkan tempat ini. Kadang aku mendengar suara—bukan dari luar, tapi dari tempat yang sangat jauh, seperti seseorang berjalan di sisi dinding yang sama tapi di dunia yang berbeda.
Aku bukan hantu.
Tapi aku juga bukan siapa pun lagi seperti dulu. Aku hanya… sesuatu yang tersisa, terjebak di antara ruang yang sunyi dan suara yang tak bisa kupahami.
Jadi aku menunggu.
Dalam keheningan ini. Dalam gelap yang bukan malam.
Dalam sesuatu yang… entah apa namanya.
Setiap kali seseorang mendekat, aku merasakannya. Seperti angin tipis menyentuh pintu yang lama tertutup. Dan meski aku tidak tahu apakah mereka bisa mendengar suaraku, aku berharap… mungkin kali ini, aku tidak sendirian.
....